Gandeng Komunitas, NU Ajak Masyarakat Jakbar Pilah Sampah sebelum Dibawa ke TPST

Suasana TPST Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat.(Dery Ridwansah/ JawaPos.com)

JawaPos.com – Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPSTBantargebang, Bekasi, Jawa Barat (Jabar) merupakan tempat pembuangan sampah akhir DKI Jakarta. Kondisi Bantargebang begitu penuh sampah yang sudah menggunung.

Sejatinya sampah sebelum dibuang, mulai dari tempat pembuangan sementara hingga tempat pembuangan akhir melewati proses pemilahan. Proses pilih dan pilah itu bisa membuat sampah bisa menjadi barang berguna lagi. Semua itu harus dimulai dari masyarakat itu sendiri.

Menyadari pentingnya pilah pilih tersebut, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jakarta Barat menggandeng komunitaspecinta lingkungan. Yaitu, Waste Revive dan Berkah Jaya Sentosa untuk sentra pengolahan sampah di Area Darsa Kalideres, Jakarta Barat.

Sentra pengolahan sampah ini diharapkan bisa memilah dan mengolah sampah sebelum dibuang TPST Bantargebang. Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta H Abdul Azis Suaedy menuturkan, semua pihak perlu berperan untuk mengurangi pasokan sampah ke TPST Bantargebang. Sebab, saat ini kapasitas tampung TPST Bantargebang terus berkurang.

Pengolahan sejak dini juga penting guna mendukung daya saing Jakarta menuju kota modern. Apalagi Jakarta akan menjadi bagian dari Kawasan Aglomerasi yang akan jadi pusat finansial global. “Strategi redistribusi sampah ini penting dilakukan di Daerah Khusus Jakarta, karena sebagai bagian dari Kawasan Aglomerasi yang akan jadi pusat finansial global,” Aziz.

Secara akumulatif, sambungnya, kawasan aglomerasi itu akan memiliki timbulan sampah 20 ribu ton per harinya. Volume sebanyak itu berpotensi menjadi penghambat misi kawasan Jakarta sebagai pusat bisnis berdaya saing global.

Sebelumnya pada Kamis (7/8), Abdul Azis Suaedy hadir di Kalideres, Jakarta Barat, dalam peresmian Pengelolaan Sampah oleh PCNU Jakbar di Area Darsa, Kalideres.

Aziz mengungkap fakta soal sampah di Jakarta. Setiap harinya Jakarta memproduksi 8.500 ton sampah. Sebanyak 80 persen di antaranya dibuang ke TPST Bantargebang. Baru 10 persen saja yang mampu didaur ulang.

Fakta ini membuat penumpukan sampah di TPST Bantargebang terus meningkat. Bahkan lambat laun area penumpukan sampah di TPST Bantargebang semakin berkurang. Bahkan kini di Bantargebang sampah menumpuk hingga 40 meter yang setara dengan ketinggian Kantor Wali Kota Jakarta Barat. Lambat laun area TPST Bantargebang yang seluas 115 hektar itu tidak bisa lagi melayani sampah dari Jakarta.

Aziz mengapresiasi langkah Pemprov DKI Jakarta yang menggandeng dan menfasilitasi semua pihak untuk berperan dalam rangka pengolahan sampah di Jakarta. Pihaknya akan terus bekerja sama dengan Pemporv Jakarta serta menggandeng komunitas dan warga untuk mengolah sampah agar tidak semuanya dibuang percuma.

“Kami mengapresiasi berbagai ikhtiar Pemprov Jakarta yang terus melakukan pengurangan volume sampah di Bantargebang, maupun pasokannya dari Jakarta saat ini. Kami memaknai upaya pengurangan pasokan sampah ke TPA sebagai cara untuk meredistribusi sampah Jakarta,” jelas Aziz

Aziz menambahkan bahwa pihaknya bersama komunitas pecinta lingkungan telah menawarkan 3 konsep yaitu partisipasi masyarakat dengan teknologi sederhana memiliki efek ekonomi sirkular, tidak mencemari lingkungan dan polusi serta beroperasi dilahan terbatas sekitar 200 meter persegi, sehingga mudah diterapkan di perkotaan seperti Jakarta

kutip ( jawapos )

Scroll to Top